Label

Minggu, 17 Februari 2019

Berubah Memang Tak Mudah, Tapi Tak Berubah Kelak Akan Susah

Saat saya menjulurkan kerudung menutupi dada, ada komen :
"pakai kerudung begitu kaya anak MTS ih!"

Saat saya mengenakan kerudung ketika bepergian :
"kaya anak pesantren aja!"

Saat saya bepergian memakai kaos kaki :
"lagi sakit? Kedinginan?"
"norak! Masa pakai sandal tapi pakai kaos kaki!"

Saat saya bernyanyi sambil memainkan alat musik:
"katanya udah kerudungan, tapi kok masih main musik!"

Saat saya belum menikah di usia segini:
"umur segitu belum nikah. Mau jadi biksu sih ya!"
"gimana mau nikah??? Pacar aja gak punya!"
"gak mau nikah sih ya? Diem aja gak nyari pacar!"

Saat saya menolak yang mendekat karena alasan profesinya DiskJockey ; Lelaki manja; Lelaki tak beretika dan lainnya yang tak masuk harapan saya:
"ya elaaaaah, nanti juga bisa berubah, jalani aja dulu sih, inget umur! Udah jangan milih-milih lagi!"

Saat ingin berhenti di tengah perjalanan untuk shalat:
"ngeribetin. Kaya wahabi aja! Udah lah nanti aja shalatnya! "

Saat upload kajian-kajian ustadz di media sosial:
"kayak udah bener aja!"
"sok alim!"

Saat saya mengenakan gamis atau rok:
"pake celana aja sih! emang gak ada celana???"

Daaaan.. Masih banyak komen lainnya. Komen-komen yang membuat diri hampir goyah, lelah, dan lemah. Jangankan dengan adanya komen itu, tak ada komenpun diri sedang berjuang susah payah menikmati perubahan.
Segala rasa itu menjadi wajar kan ketika saya memang sedang dalam tahap belajar berubah???
Hati yang terdalam inginnya dimengerti, didukung, dan dibimbing oleh semua orang sekitar.
Tapi faktanya?
Saya tidak bisa memilih untuk bisa berada di lingkungan yang isinya seperti yang saya harapkan.
Karena saya adalah saya, seseorang yang pernah terlampau jauh khilaf dalam menapaki jalan hidup yang saat ini Allah tunjukan kasih sayangnya dengan membuka hati dan fikiran saya untuk mau belajar memerbaiki diri.
Salah satu cara untuk bisa tetap berdiri di jalan yang kini dipilih adalah dengan mencoba menasihati diri sendiri.
Seperti ini :

Hey Saya!
Terkadang perubahan itu membuat tidak nyaman.
Tidak ada yang lebih nyaman selain menjadi diri sendiri..
Maka, berubahlah karena keinginan dan keharusan dari diri sendiri atas dasar niat hanya untuk Allah SWT...
Jika harus terpaksa, diri sendirilah yang memaksa.
Jika harus berusaha, diri sendirilah yang berusaha.
Karena kelak, semua akan berjuang sendiri-sendiri.
Hey Saya!
Belajar menjadi lebih baik tak perlu ingin lebih baik dari orang lain..
Karena...
Menjadi lebih baik dari diri di masa lalu saja pun tak mudah...
Sekiranya mampu, selalu ada tahap yang tak sama pada setiap kita...
Apalagi menjadi lebih baik dari orang lain?
Tak akan mampu...!
Meninggalkan kebiasaan yang terlanjur membuat nyaman itu susah, tapi tetap berdiam dalam nyaman sedang tau itu salah pun akan lebih membuat susah, kelak.
Bergerak tak perlu hitungan meter apalagi kilometer, mampu satu inchi pun tak apa, asal terus bergerak...
Sejenak berhenti boleh saja, asal tak kembali ke tempat semula...
Sesekali selama tak mengingkari tak apa, asal tak kembali ke tempat paling mula... 


Berubah memang tak mudah, tapi tak berubah kelak akan susah 

Jangan GOLPUT dan Jangan RIBUT

Pemilu memang masih agak lama, tapi keramaian sudah tercium di arena.
Calon presidennya sudah ada. Calon yang sama, seperti memutar ingatan pada empat tahun lalu. Hanya saja sekarang wakilnya berbeda, nomer pemilihan juga bertukar, 1 jadi 2, 2 jadi 1.
Tulisan ini bukan tentang ajakan untuk memilih nomer 1 atau nomer 2....
Melainkan tentang pandangan saya terhadap pendapat sebagian orang:
"Siapapun pemimpin negeri, tidak akan berpengaruh terhadap kita, yang penjual jamu tetap menjual jamu, yang buruh pabrik tetap buruh pabrik, yang honorer tetap honorer, yang pengangguran tetap pengangguran (iya kalau kitanya tidak berusaha) dan apapun pekerjaan kita, kita tetap bekerja di tempat kita."
Hmmm...,, rasanya tidak mungkin tidak berpengaruh. Walaupun tidak berarti langsung ke pekerjaan kita,, tapi keamanan negara, prioritas pekerja, kenyamanan beribadah, peraturan warga negara, pengelolaan aset negara, dan masih banyak yang lainnya itu, ada di bawah kekuasaan pemimpin negeri.
Bisa jadi, akhirnya berpengaruh ke pekerjaan kita.
Misal, kalau yang direkrut-rekrutnya orang asing sekedar untuk pekerjaan non ahli, berarti kita atau saudara setanah air kita makin banyak yang tergeser dari pekerjaannya.
Kalau barang banyak impor, sedangkan produksi dalam negeri merugi, yang bisa menstabilkan siapa?
Kalau saat berjamaah di masjid atau beribadah di gereja tidak nyaman karena tidak aman, yang bisa mengkondusifkan negeri ini siapa?
Komando pemimpin negeri kan?
Kalau lahan-lahan di tanah air semakin bebas dimiliki orang luar, yang bisa mencegahnya siapa?
Sehebat apapun menteri, tetap ada di bawah komando pemimpin negeri kan?
Dan mungkin masih banyak lagi "kalau" lainnya.
Jadi,, mau no 1 ataupun no 2,,   Siapapun pemimpin negeri, BERPENGARUH...
Terserah mau pilih yang mana, yang penting jangan golput dan jangan ribut.
(catatan 5 Oktober 2018, baru sempat post)