Label

Senin, 05 Juni 2017

Bohong #NulisRandom2017 #day5

Setidaknya sekali dalam hidup, manusia pernah berbohong. Tidak percaya? Silahkan tanyakan pada ingatan masing-masing.

Ada beberapa macam kebohongan.
Diantaranya adalah kebohongan antar kelompok, antar individu dengan kelompok atau sebaliknya, antar individu, dan bahkan kebohongan pada diri sendiri.

Panjang jika harus dibahas semuanya. Mari kita fokuskan pada kebohongan antar individu saja.
Kenapa???
Karena, itu yang paling sering menjadi bumbu pertikaian, mulai dari pertikaian kecil bahkan bisa sampai berujung perpisahan.

Sebenarnya, ada kebohongan yang bisa ditolerir, yaitu yang menyangkut kebaikan si penerima.
Contoh, menyampaikan kabar kurang baik kepada orang yang memiliki penyakit jantung, misal anaknya kecelakaan, terkadang harus dibumbui kebohongan agar tidak mengakibatkan penyakit jantungnya kambuh, biasanya yang menyampaikan bilang "tenang saja, anak ibu/bapak tidak apa-apa, sudah ditangani dokter", padahal dalam keadaan luka dimana-dimana.

Adalagi kebohongan demi kebaikan, yaitu saat berkaitan dengan aib diri sendiri atau aib orang lain yang tidak merugikan penerima. Kenapa??? Karena Allah SWT saja melarang seseorang membuka aib nya, apalagi aib orang lain, kecuali yang menyampaikan adalah orang yang terdzalimi kepada orang yang dipercaya membantu menyelesaikan masalahnya, bukan sekedar mendengar dan menggunjingnya. (pernah dibahas dalam ceramahanya Buya Yahya)

Selebihnya, kebohongan hanya membawa petaka.
Awalnya coba-coba bohong tentang hal kecil, namun lama-lama jadi terbiasa hingga akhirnya berani berbohong pada hal yang lebih besar.

Apa sih alasan seseorang berbohong?
Tidak lain karena untuk menutupi kesalahannya.
Ya! Dengan dia berbohong, itu tandanya dia sadar, apa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Lantas kalau tau itu sebuah kesalahan, kenapa masih dilakukan???

Atau sebagian beralasan untuk menghindari kesalahpahaman.
TAPI...
Bukankah justru pada akhirnya akan tetap menimbulkan kesalahpahaman semakin parah?
Harusnya, tetap sampaikan saja, namun dengan suasana yang baik dan dengan cara yang baik.

Taukah???
Saat seseorang dikecewakan karena suatu kebohongan, maka kisah selanjutnya akan dibumbui dengan rasa curiga dan kurang percaya, apalagi jika dilakukan berkali-kali. Pada akhirnya meskipun lisan si penerima berkata memaafkan, tapi yakinlah, kepercayaannya bukan saja sudah berkurang tapi sudah tidak ada, dan level kecurigaannya meningkat. Sebab itulah, kebohongan membawa pertikaian.

Mirisnya, sering terdengar, seorang pembohong justru tidak terima saat si penerima menyampaikan kecurigaannya, dan tidak jarang mereka melontarkan "sengajain deh, karena sudah tidak dipercaya."
See???
Bukankah seharusnya mereka memaklumi kecurigaan dan ketidakpercayaan yang ada ialah akibat ulahnya???
Sayangnya, tidak.

Bohong itu candu.
Sekali tidak ketahuan, seorang pembohong akan dengan senang hati mengulangnya.
Bohong itu candu.
Ketika ketahuan, seorang pembohong akan mencari kebohongan lain untuk menutupinya. Kecuali yang benar-benar insyaf.
Bohong itu candu.
Semakin ia dicurigai, semakin menjadi.

Hal yang paling dikhawatirkan saat dekat dengan pembohong adalah bukan saja tentang hati yang luka, tapi kita terbawa senang berbohong hingga sama dengannya, menjadi pembohong...
Lalu...
Pada akhirnya kita senang meninggalkan luka dan mematahkan percaya orang sekitar kita atau bahkan orang lain.

Semoga kita dijauhkan dengan para pembohong, atau jika harus tetap dekat,, semoga Allah SWT menerangkan hati dan fikirannya untuk berhenti berbohong.
Dan membawa kebaikan untuk kita.

Karena pada kepercayaan yang telah patah, menumbuhkannya kembali adalah bukan hal yang mudah.

Mari berhati-hati dalam memberi informasi, mengenalkan diri, menjalankan pesan, dan segala apapun itu. (SY)



Motivasi dan nasihat yang paling kena di hati adalah motivasi dan nasihat yang datang dari diri sendiri. - Selly Yede

* Berkata pada cermin! Karena berbagi hal baik tak harus menunggu diri kita baik terlebih dahulu.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar