"Bahagia itu sederhana, cukup bersyukur, maka seberapa
berat apapun masalah yang kita alami kita tetap bahagia".
Benarkah bahagia sesederhana itu?
Sisi hati terdalam yang sedang penuh kecewa pasti sedang
terluka mengakui bahagia yang terkesan dipaksakan.
Terlalu sering mengakui bahagia saat sebenarnya tak ada
kebahagiaan itu membuat diri semakin tertekan, mencandui bahagia yang semu, dan
pada akhirnya akan menemui titik ledak ketika rasa tak sanggup merasuk.
Kenapa tak dibiarkan saja diri mengakui ketidakbahagiaan
itu?
Membebaskan rasa yang tak ingin dimiliki.
Bukankah itu akan lebih mudah mendatangkan bahagia?
Setidaknya diri bahagia karena membebaskan rasa ketidakbahagiaan.
Sayangnya,, mengakui ketidakbahagiaan sering diasumsikan
mengeluh dan seringnya mereka menyuarakan "hidup tak boleh mengeluh"
Tapi mengakui ketidakbahagiaan tidak sama persis dengan
mengeluh.
Berikan ruang, berikan waktu terhadap diri untuk mengakui
ketidakbahagiaan.. Hanya untuk mengakui ketidakbahagiaan. Bukan mengeluh.
Mengakui ketidakbahagiaan itu lebih kepada menyuarakan untuk
membebaskan, bukan menyandarkan untuk meminta belas kasihan seperti halnya
mengeluh.
Dengan membebaskan diri dari rasa ketidakbahagiaan itu,
bahagia akan masuk kepada diri, daripada memaksa bahagia sedang sudut hati
terdalam sedang memeluk ketidakbahagiaan, itu akan menghambat bahagia
sebenarnya untuk masuk.
Berhenti mencandu ketidakbahagiaan.
Berhenti bergelut dengan bahagia yang semu.
Bebaskan semua itu.
Buka hati untuk menyambut kebahagiaan sesungguhnya yang akan
datang. (SY)
Motivasi dan nasihat yang paling kena di hati adalah motivasi dan nasihat yang datang dari diri sendiri. - Selly Yede
- Berkata pada cermin! Karena berbagi hal baik tak harus menunggu diri kita baik terlebih dahulu.. :)-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar